HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Respons Cepat Tanpa Sekat, Beginilah Gaya Bang Zul Anggota DPR RI Dapil Banten III Layani Masyarakat


JAKARTA, INFOTERBIT.COM - Di tengah riuhnya dinamika politik nasional, nama Zulfikar H., S.H., anggota Komisi XII DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, hadir sebagai sosok yang memilih jalan yang lebih senyap: turun langsung dan mendengar rakyat.


‎Bukan di ruang-ruang rapat yang gemerlap, tetapi di gang-gang sempit, balai warga, dan warung kopi sederhana tempat rakyat menggantungkan harapan.

‎Zulfikar bukan tipikal politisi yang hadir hanya saat pemilu. Warga di Dapil Banten III mengenalnya sebagai “Bang Zul”, seorang yang mudah disapa dan mudah dijumpai.

‎Tak ada sekat. Tak ada protokoler berlebihan. Ia lebih sering datang sendiri, menyapa tanpa pengawal, dan duduk di tengah masyarakat mendengar cerita tentang listrik yang mati, jalan yang gelap, atau iuran sekolah yang memberatkan.

‎“Kalau warga bicara, itu bukan sekadar keluhan. Itu adalah sinyal keadilan yang belum sampai. Maka tugas saya bukan hanya mencatat, tapi memastikan ada tindak lanjut,” ujar Bang Zul dengan nada tenang namun tegas kepada wartawan, Minggu (3/8/2025).

‎Salah satu contoh nyata terjadi di RW 04, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang. Saat warga mengeluh tentang gangguan listrik PLN yang kerap padam, mereka tak tahu harus mengadu ke mana.

‎Hingga akhirnya, pada Sabtu (2/8/2025), keluhan itu sampai ke telinga Bang Zul. Ia tidak menjanjikan, tidak berjanji. Ia hanya bertanya detail, mencatat, dan beberapa hari kemudian PLN datang dan memperbaiki.

‎Yang tadinya gelap, kini terang kembali. Jalan-jalan kecil yang dulu rawan karena lampu padam, kini kembali menjadi ruang aman bagi anak-anak bermain di sore hari dan ibu-ibu pulang dari pengajian malam. Tak ada baliho ucapan terima kasih, tak ada seremoni. Hanya warga yang mengangguk sambil berkata, “Alhamdulillah, Bang Zul cepat tanggap.”

‎Kehadiran Bang Zul tidak untuk dipuja, tapi untuk memastikan bahwa suara rakyat tidak hilang di tengah birokrasi. “Saya bukan siapa-siapa tanpa kepercayaan rakyat. Maka sudah sepantasnya saya membalasnya bukan dengan kata-kata, tapi dengan kerja nyata,” ucapnya.

‎Bagi Zulfikar, menjadi wakil rakyat bukan soal jabatan, tapi soal kewajiban moral. Ia menyadari bahwa di balik setiap aduan ada keluarga yang menggantungkan harapan. Ia memilih hadir sebagai jembatan, bukan menara gading.

‎Sikapnya ini selaras dengan semangat Partai Demokrat yang mengusung moto: Hadir, Peduli, dan Memberi Solusi. Namun bagi Bang Zul, ini lebih dari sekadar moto partai. Ini adalah panggilan jiwa.

‎Warga RW, tokoh masyarakat, bahkan para pemuda, mengenalnya bukan dari pamflet atau kampanye, tapi dari keberadaan yang konsisten. “Kami merasa dekat karena Bang Zul tidak menggurui. Ia mendengar, dan ketika bisa, ia bantu. Sesederhana itu,” kata salah seorang Ketua RT di Cipondoh.

‎Di tengah era ketika kepercayaan pada politik kerap merosot, sosok seperti Zulfikar H., S.H. menjadi bukti bahwa politik bisa tetap manusiawi. Bahwa menjadi wakil rakyat adalah menjadi pelayan yang mau duduk, mendengar, dan bekerja — bukan bersinar di panggung, tapi menyalakan lilin di tempat gelap yang jarang dijamah.

‎Ananta/TiMS

Posting Komentar