HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Sekampung Sambut Kepulangan TKW Hilang 18 Tahun


Catatan Ananta Putra

Founder/Pemimpin Redaksi Infoterbit.com


‎Cerita ini sebenarnya terjadi setahun lalu. 2024. Drama kehidupan itu datang dari Kampung Cikeli, Desa Cerukcuk, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang.

‎___


‎Saya dikirimi video oleh sahabat saya, Marnan Sarbini, Ketua Forum Perlindungan Migran Indonesia (FPMI) Banten. Dalam video itu, tampak orang-orang di sebuah kampung berkumpul. Tertawa gembira sambil sorak-sorai.


‎Anak-anak, remaja, ibu-ibu, bapak-bapak. Tumpah-ruah di jalan. Lalu mereka mengerubungi sebuah mobil putih, seolah tak sabar ingin bertemu orang yang ada di dalam mobil itu.


‎"Lihat videonya, Bang. Kaya pesta rakyat menyambut kemenangan Kades," ujar Marnan lewat WhatsApp.


‎Iya. Suasananya memang mirip calon Kades menang Pilkades. Biasanya, seseorang yang menang pada Pilkades memang begitu. Dkerubungi para pendukungnya.


‎Tapi yang ini ternyata bukan. Orang-orang itu gembira atas kepulangan Sukmariyah dari merantau jauh. Di negara Suriyah. Jadi TKW atau yang sekarang dikenal sebagai Asisten Rumah Tangga (ART).


‎Biasanya, kepulangan TKW memang biasa-biasa saja. Cukup keluarga besarnya saja yang menyambut. Setelah itu, mungkin, beberapa tetangga datang. Tanya kabar.


‎Tapi kepulangan TKW Sukmariyah berbeda! Kenapa?


‎18 tahun dia tidak pulang.

‎18 tahun dia hilang kontak.

‎Keluarga tak bisa menghubungi. Dia pun tak menghubungi.

‎Keluarga mendapat kabar dia sudah meninggal.


‎Tak banyak yang bisa dilakukan keluarga. Sempat ikhtiar. Keluarganya minta bantuan sahabat saya, Marnan Sarbini. Tapi Ketua FPMI itu pun kesulitan melacak. Sempat koordinasi dengan BP3MI Banten, institusi yang menangani masalah TKW. Pun kesulitan. Penyebabnya dokumen tak lengkap.


‎Keluarga hanya bisa pasrah. Tak ada kabar baik, tak ada kepastian. Apalagi mereka dapat kabar Sukmariyah telah meninggal dunia. Dalam isak tangis, mereka belajar mengikhlaskan.


‎Keluarga dan tetangga pun menanggap, Sukmariyah tinggal kenangan. Meninggal. Meski mereka tak pernah melihat jasadnya.


‎Namun, di suatu hari, penghujung Desember 2024, keluarga mendapat kabar. Sukmariyah akan pulang.


‎Kaget, gembira tapi juga campur ragu. Benarkah? Selama masa penantian kepulangan, keluarga terus bertanya-tanya.


‎Delapan belas tahun lamanya sudah keluarga mengikhlaskan, kini harapan itu tumbuh kembali.


‎Dan benar. Sukmariyah pulang. Wajahnya mulai menua. Sedikit berbeda dibandingkan 18 tahun yang lalu saat dia berangkat mengadu nasib.


‎Tapi dia benar-benar Sukmariyah. Keluarga bersyukur. Warga, para tetangga pun bersyukur. Tangis haru dan doa bercampur menjadi satu. Alhamdulillah.


‎Sukmariyah sujud syukur. Setelah penantian panjang, akhirnya dia bisa kembali ke kampung halaman. Tangis pun pecah. "Ini keajaiban, terima kasih ya Allah," ucap Sukmariyah dalam tangisnya.


‎Cerita Sukmariyah hanya potongan kecil dari kisah-kisah pilu yang banyak dialami para pekerja migran Indonesia, khususnya TKW. Pahlawan keluarga. Pahlawan devisa.


‎Senin 22 Desember 2025


Posting Komentar