Menyedihkan, 2 Rumah Buruh Cabut Bulu Walet di Gunung Kaler Roboh Tersapu Hujan Angin
TANGERANG, INFOTERBIT.COM - Dua rumah milik buruh cabut bulu burung walet di Kampung/Desa Cibetok RT 009/04 Kecamatan Gunung Kaler, Kabupaten Tangerang kondisinya menyedihkan. Sebagian besar ruangan di dua rumah itu tidak bisa lagi difungsikan karena atapnya kerap berjatuhan sehingga membahayakan pemilik rumah.
Selain karena lapuk dimakan usia, beberapa bagian rumah itu juga rusak berat dampak dari hujan angin yang melanda wilayah itu beberapa hari lalu.
Dua rumah itu masing-masing milik Marpuah (43 tahun) dan Suliyah (33 tahun), keduanya adalah buruh cabut bulu burung walet. Marpuah bekerja di Teluk Gong Jakarta, sedangkan Suliyah di Griya Islam Kresek Tangerang.
Di rumah yang rusak berat itu, Marpuah tinggal bersama anaknya Diana yang masih sekolah di SMK. Begitu juga dengan Suliyah yang tinggal dengan anaknya Nilah berusia 13 tahun.
Saat Infoterbit.com mengunjungi rumahnya Kamis 3 Juli 2025, kondisi dua rumah itu sangat memprihatinkan.
Di rumah Marpuah, hanya ada satu ruangan yang masih tampak kokoh dan bisa ditempati untuk kamar. Sedangkan ruangan lainnya rusak berat dan berpotensi ambruk.
"Ruangan ini saya tempati untuk kamar tidur. Kalau ruangan lain sudah tidak bisa lagi difungsikan," ujar Diana, putri Marpuah yang duduk di kelas XII SMA. Bahkan, jika hujan lebat, dia merasa was-was. Khawatir bangunan itu ambruk dan membahayakan keselamatan jiwanya.
Menurut Diana, dia tinggal sendiri di rumah itu sedangkan ibunya Marpuah kerja di Jakarta dan hanya pulang seminggu sekali.
Kondisi tak kalah menyedihkan juga terjadi pada Suliyah yang rumahnya berbatasan dengan Marpuah.
Tak jauh beda, kondisi rumah Suliyah juga memprihatinkan karena hanya kamar tidur dan ruang tamu sempit yang bisa dimanfaatkan. "Plaponnya saya lapisi plastik, karena kalau hujan bocor gentengnya sudah pada rusak," ujar Suliyah yang tinggal bersama seorang anaknya.
Yang lebih memprihatinkan, jika hujan lebat mengguyur, rumah mereka kerap kebanjiran karena air hujan masuk ke dalam rumah.
Baik Marpuah maupun Suliyah berharap, Pemerintah turun tangan memperbaiki rumahnya yang rusak. Sebab, mereka tidak punya dana yang cukup untuk perbaikan rumah.
Marpuah hanya berpenghasilan Rp70 ribu per hari. Sedangkan Suliyah hanya Rp20 ribu per hari. "Untuk makan saja masih kurang, apalagi untuk memperbaiki rumah. Kami berharap bantuan pemerintah," kata Suliyah.
Ananta/TiMS