(Catatan Ananta) Kisah Remaja Badut Pengamen Ini Bikin Nyesek
Catatan Ananta
Founder TiMS/InfoTerbit Grup
KALAU saja hari itu setelah mengurus pekerjaan, saya tidak mampir di Alun-Alun Kota Rangkasbitung, Kabupaten Lebak Banten, mungkin tak akan bertemu Ervan.
Siapa dia?
Saya tak mengenalnya. Dia pun tak kenal saya. Pertemuannya pun tak sengaja.
Hari itu, saya dan teman-teman sedang kongkow santai sambil nyore di Alun-alun Kota Rangkasbitung.
Seorang berkostum badut tiba-tiba melintas. Dia menenteng soundsistem portable. Disetelnya house music. Dia pun joget-joget untuk menarik perhatian anak kecil yang ada di sekitarnya.
Saya memperhatikan. Entah kenapa, tiba-tiba saya tertarik pengen ngobrol. Maka, saya minta J. Sianturi, Wakil Manajemen InfoTerbit Grup yang menemani saya sore itu untuk mewawancarainya.
"Wawancarai bagus nih, untuk Channel YouTube ITEVE Official," kata saya.
Semula, saya mengira, di balik topeng badut ini pasti bapak-bapak setengah baya, yang rela menjadi badut keliling untuk mengamen.
Tapi begitu topengnya dibuka, dugaan saya salah besar! Sang badut ternyata masih muda. Bahkan masih remaja. Ganteng!
"Nama saya Ervan, Om. Usia baru lima belas tahun," katanya mengenalkan diri.
Sepanjang kami ngobrol, anak-anak kecil "penggemar"-nya mengelilingi. Bahkan, ada satu anak kecil bergelanyut di lengan tangannya tampak akrab sekali.
"Iya, anak-anak yang suka main di Alun-alun ini, sebagian besar memang sudah mengenal saya. Sebab, hampir setiap hari saya ngamen disini," katanya.
Ervan mengaku terpaksa melakoni pekerjaan jadi badut keliling dan mengamen demi membantu mencukupi kebutuhan keluarga.
Dia hanya punya ibu. Ayahnya sudah bercerai dengan sang ibu. Ervan ikut ibu, bersama dua adiknya. Mereka tinggal di Kalanganyar, Lebak.
Sebagai anak tertua yang masih punya dua adik kecil, ia rela meninggalkan bangku sekolah dan memilih mencari nafkah agar kebutuhan ibu dan adik-adiknya terpenuhi.
"Saya hanya tamatan SD, Om. Pernah masuk SMP, tapi baru seminggu saya keluar dan mencari nafkah seperti ini," ungkapnya.
Dalam sehari, dia bisa mendapat uang antara Rp100-150 ribu. Tapi, itu belum bersih. Sebab, itu harus memberikan setoran kepada pemilik kostum badut yang dipakainya sehari-hari.
Tekadnya cuma satu; ingin membahagiakan ibu dan dua adiknya.
Sesaat obrolan terhenti.
Di sekitar saya ngobrol dengan Ervan, tampak sejumlah pelajar sedang berlatih baris-berbaris. Mereka tampak bersemangat mengikuti perintah instrukturnya. Sesekali terdengar canda-tawa diantara mereka. Masa-masa sekolah yang indah...
Lalu saya menoleh kembali ke Ervan yang ada di depan saya. Saya yakin, dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Ervan pun ingin seperti mereka. Menikmati indahnya masa-masa sekolah. Bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Mengukir prestasi akademik.
Tapi, harapan itu mungkin hanya bisa dipendamnya. Remaja 15 tahun "Sang Pejuang Keluarga" itu sangat menyayangi keluarganya. Ibu dan dua adiknya. Maka, ia lebih memilih untuk menjadi badut pengamen, demi keluarga dan meninggalkan sekolah.
Usai ngobrol, Ervan kembali melangkah. Berjoget-joget mengelilingi Alun-alun Rangkasbitung. Melewati anak-anak sekolah seusianya yang tengah berlatih baris.
Ia kembali menjemput rezekinya, hingga jam 10 malam nanti baru kembali pulang. Begitulah hidup yang dilakoni Ervan setiap harinya.
Catatan Kamis, 24 Maret 2022
_______
Kisah Ervan ini juga bisa diikuti melalui Akun YouTube ITEVE Official link :
https://youtu.be/EEAQdbJnwmU