HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Jasmerah Puncak Kejayaan Banten


Oleh: H. Abdul Mukti, M.Pd

Ketua FKDMI Provinsi Banten 


Jangan Sesekali Melupakan Sejarah (Jasmerah) Puncak Kejayaan Banten. 

Kesultanan Banten, atau saat ini dinamakan Provinsi Banten pernah mencapai kejayaannya dan kemegahannya. Puncak Kejayaan Banten atau Kesultanan Banten adalah pada masa Sultan Agung Tirtayasa (Sultan Abul Fath Abdul Fattah). Sultan Banten ke-6. 


Biografi Sultan Agung Tirtayasa

Sultan Agung Tirtayasa merupakan putra dari Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad yaitu Sultan Banten periode 1640-1650 dan Ratu Martakusuma. Sultan Agung Tirtayasa lahir di Kesultanan Banten pada tahun 1631.


Nama kecil Sultan Agung Tirtayasa adalah Abdul Fatah atau Abu al-Fath Abdulfattah. Sejak kecil sebelum diberi gelar Sultan Agang Tirtayasa, Abdul Fatah diberi gelar Pangeran Surya. Saat ayahnya yaitu Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad wafat, Sultan Agung Tirtayasa diangkat sebagai Sultan Muda dengan gelar Pangeran Dipati.


Abdul Fatah atau pangeran Dipati merupakan pewaris tahta kesultanan Banten. Tapi saat ayahnya wafat, Beliau belum menjadi sultan karena kesultanan Banten saat itu kembali dipimpin oleh kakeknya yaitu Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir.


Menjadi Sultan dan Kesultanan Banten Mengalami Kejayaan

Pada tahun 1651, kakeknya Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir wafat. Abdul Fatah atau pangeran Dipati lalu naik tahta sebagai Sultan Banten ke 6 dengan nama Sultan Abul Fath Abdul Fattah atau Sultan Agung Tirtayasa. Sewaktu naik tahta menjadi Sultan Banten, beliau masih sangat muda yaitu pada usia 20 tahun.


Sultan Agung Tirtayasa sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan agama Islam di daerahnya. Ia mendatangkan banyak guru agama dari Arab, Aceh dan daerah lain untuk membina mental para pasukan Kesultanan Banten. Sultan Agung Tirtayasa juga dikenal sebagai ahli strategi dalam perang.


Di bawah kepemimpinan Sultan Agung Tirtayasa, kesultanan Banten mencapai puncak kejayaan dan kemegahannya. Ia memajukan sistem pertanian dan irigasi baik dan berhasil menyusun armada perangnya. Selain itu, kesultanan Banten juga menjadi memiliki hubungan diplomatik yang kuat antara kesultanan Banten dengan kerajaan lainnya di Indonesia seperti Makassar, Cirebon, Indrapura dan Bangka.


Sultan Agung Tirtayasa juga menjalin hubungan baik dibidang perdagangan, pelayaran dan juga diplomatik dengan negara-negara Eropa seperti Inggris, Turki, Denmark dan Perancis. Hubungan tersebut membuat pelabuhan Banten sangat ramai dikunjungi para pedagang dari Persia, Arab, India, china, melayu serta philipina.


Sultan Agung Tirtayasa sempat membantu Trunojoyo dalam pemberontakan di Mataram. Beliau bahkan membebaskan Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya yang saat itu ditahan di Mataram karena hubungan baiknya dengan Cirebon.


Pada masa pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa, konflik antara Kesultanan Banten dan Belanda semakin meruncing. Hal tersebut disebabkan karena ikut campurnya Belanda dalam internal kesultanan Banten yang saat itu sedang melakukan pemisahan pemerintahan. Belanda melalui politik adu dombanya (Devide et Impera) menghasut Sultan Haji (Abu Nasr Abdul Kahar) melawan Pangeran Arya Purbaya yang merupakan saudaranya sendiri.


Sultan Haji mengira bahwa pembagian tugas pemerintahan oleh Sultan Agung Tirtayasa kepadanya dan saudaranya tersebut merupakan upaya menyingkirkan dirinya dari pewaris tahta kesultanan Banten dan diberikan kepada adiknya, Pangeran Arya Purbaya. Sultan Haji yang didukung oleh VOC Belanda lalu berusaha menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa.


Akhirnya, perang keluarga pun pecah. Pasukan Sultan Agung Tirtayasa saat itu mengepung pasukan Sultan Haji di daerah Sorosowan (Banten). Namun pasukan pimpinan Kapten Tack dan Saint-Martin yang dikirim Belanda datang membantu Sultan Haji.


Wafatnya Sultan Agung Tirtayasa

Perang antar keluarga yang berlarut-larut membuat Kesultanan Banten melemah. Akhirnya pada tahun 1683, Sultan Agung Tirtayasa ditangkap dan dibawa ke Batavia dan dipenjara. Pada tahun 1692, Sultan Agung Tirtayasa akhirnya wafat. Sultan Agung Tirtayasa dimakamkan di Kompleks Pemakaman raja-raja Banten di Provinsi Banten. Tepatnya di Jl. Sultan Agung Tirtayasa, Tirtayasa, Kec. Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten 42193


Menjadi Pahlawan Nasional

Pada tanggal 1 agustus 1970, melalui SK Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970 Pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Agung Tirtayasa. Selain itu, untuk menghargai jasanya, nama Sultan Ageng Tirtayasa diabadikan sebagai nama salah satu universitas di Banten bernama Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.


Bagaimana Dengan Banten Saat Ini

Semoga Banten saat ini dan ke depan meraih kembali kejayaan dan kemegahannya. Sebagaimana cita-cita para pendahulu dan kita semua. Banten harus bangkit, masyarakat Banten harus bersatu padu kembali membangun Banten untuk mewujudkan Banten Mercusuar, Banten makmur dan sejahtera sebagaimana di masa Sultan Banten ke-6, Sultan Agung Tirtayasa. (*)


Posting Komentar