HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

(Mutiara Ramadhan) Ngaji Rasa Dalam Berpuasa


Oleh: H. Abdul Mukti, M.Pd 

Ketua Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia (FKDMI) Provinsi Banten


PUASA dalam bahasa Arab adalah Ash-Shiyam atau Ash-shaum yang artinya al-imsaku yang mempunyai arti menahan (menahan diri). Sedangkan menurut istilah arti puasa adalah menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual, dan segala yang membatalkan puasa dimulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat karena Allah SWT.


Berpuasa mengajarkan kita untuk mengerti tentang perasaan orang lain yang tidak beruntung dari kita. Rasa lapar yang mereka rasakan juga kita akan merasakannya. Dalam hal ini adalah dikatakan ‘Ngaji Rasa’. Merasakan apa yang orang lain rasakan. Iman seseorang belumlah sempurna jika belum mengerti perasaan saudaranya yang merasakan kelaparan.


Oleh karenanya, berpuasa juga harus dijalankan dengan penuh keimanan, penuh harapan memohon ampunan Allah SWT agar mendapat hikmah dari puasa yang dijalankan dan mejadi orang yang bertaqwa kepada Allah SWT sehingga timbul rasa kasih dan sayang terhadap sesamanya serta seluruh alam (Rahmatan Lil’alamiin).   


Rasulullah SAW bersabda:


مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

 

Artinya :

“Barangsiapa berpuasa Ramadan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”  (HR. Bukhari dan Muslim).


‘Ngaji Rasa’ berasal dari dua kata yaitu ngaji dan rasa. Ngaji berasal dari kata kaji yang mempunyai arti belajar, mempelajari atau mengkaji. Sedangkan kata ‘rasa’ mempunyai arti tanggapan yang dialami indra atau yang dialami oleh hati. Kata ngaji dari istilah ‘ngaji rasa’ lebih dekat pada kata ‘mengkaji’. 


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ‘mengkaji’ adalah bentuk kata kerja artinya belajar, mempelajari, memeriksa, menyelidiki, memikirkan, mempertimbangkan, menguji, menelaah. Jadi ngaji rasa adalah mengkaji sesuatu yang menjadi tanggapan indrawi maupun tanggapan hati.


Ngaji rasa adalah terletak pada keterhubungan antar rasa (rasa dan perasaan), artinya satu adalah semua dan semua adalah satu. Dalam sebuah hadis dikatakan: 


مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ

 إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى 


Artinya :

“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR Muslim).


Sebuah contoh, jika kita sakit gigi, maka tubuh serasa seluruhnya sakit meskipun tidak bisa kita tunjuk dan bawaannya tidak enak untuk melakukan apapun. Begitu juga seharusnya dalam lingkup sosial, empati sesama manusia. Jika saudaramu atau temanmu merasakan penderitaan atau tersakiti maka sepatutnya kamu juga berempati untuk menolong dan menjaganya supaya ia tidak merasa tersakiti (rasa atau perasaan).


Sama halnya dengan kita berpuasa merasakan lapar dan haus, dari sinilah kita bagaimana merasakan orang lain yang setiap hari merasakan lapar dan haus karena kekurangan atau tidak memiliki makanan ataupun minuman. Dengan demikian juga agar bertambah rasa syukur kita kepada Allah SWT. Semakin kita menumbuhkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat-Nya yang telah diberikan kepada kita, maka akan terus ditambhakan nikmat-Nya kepada kita semua. 


Dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7, Allah SWT berfirman :


وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ


Artinya : 

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan nikmat-Ku kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih”. (Q.S Ibrahim: 7)


Bulan Ramadhan atau bulan puasa adalah momentum yang tepat untuk mengasah rasa, melatih rasa dan mendidik rasa dalam diri kita selaku manusia biasa agar menjadi manusia yang penuh rasa kasih dan sayang, memiliki jiwa sosial yang tinggi, peduli terhadap sesama manusia dan menjadi Rahmat seluruh alam (Rahmatan Lil’alamiin).


Dengan berpuasa di bulan Ramadhan satu bulan penuh, diharapkan kita dapat menumbuhkan rasa positif, bukan sebaliknya rasa negative yang muncul. Itulah orang-orang yang berhasil dalam menjalankan puasa. Semakin tumbuh rasa baik (positif) dalam diri, rasa kasih sayang, rasa peduli antar sesama, dan rasa positif lainnya. Sehingga mendapat predikat Muttaqin (orang yang bertaqwa)


Kalau kita tidak suka dihina, maka jangan hina orang lain. 

Kalau kita merasa sakit dipukul orang lain, maka jangan pukul orang lain.

kalau kita merasa senang dicintai orang lain, maka cintailah orang lain. 

Kalau kita senang ditolong orang lain, maka tolonglah orang lain.

Silih asah. Silih Asuh. Silih Asih (Siliwangi). Rahmatan Lil’alamiin. (*)





Posting Komentar