HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Ratusan Petani Pagedangan Udik Bantah Dituding Monopoli Pengairan, Kades Astri: Irigasi Tak Fungsi, Kami Pakai Pompanisasi


TANGERANG, INFOTERBIT - Ratusan petani Desa Pagedangan Udik, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, berkumpul di area sawah Kampung Linduk, Senin 24 November 2025.


‎Mereka protes dituding telah memonopoli pengairan untuk sawah mereka sehingga petani di tetangga desa yakni Pagedangan Ilir tidak kebagian air.


‎Seperti diketahui, saluran irigasi sekunder itu melintasi Desa Pagedangan Udik dan berujung di Desa Pagedangan Ilir.


‎Para petani Pagedangan Udik keberatan atas fitnah yang dilayangkan. Sebab, selama ini, irigasi di desa mereka tidak berfungsi. Sehingga, agar tetap bisa bercocok tanam, para petani di desa ini memakai sistem pompanisasi.


‎"Kami tidak pakai air irigasi Cisadane untuk mengairi sawah, tapi menyedot air dari Sungai Cimanceuri. Makanya kami protes atas fitnah yang menyebut kami telah memonopoli air. Monopoli darimana, irigasinya saja kering," ujar Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Pagedangan Udik, H. Judin.


Kepala Desa Pagedangan Udik, Astri Apriyanti, S.Pd., S.IP., yang mengetahui ada aksi protes yang dilakukan petani, berusaha menenangkan mereka.


‎"Bapak-bapak sabar ya, jangan terbawa emosi, kita akan berikan klarifikasi dan penjelasan atas tuduhan monopoli air ini," ujar Kades Astri berusaha menenangkan warganya.


‎Tak lama kemudian, Camat Kronjo yang diwakili Kasi Pelayanan Ruslan PS dan Suherman dari Balai Penyuluh Pertanian juga datang ke lokasi.


‎Dihadapan Ruslan, Kades Astri menjelaskan bahwa untuk mengairi 200 hektate sawah milik 210 petani, pihaknya bergotong-royong menggunakan sistem pompanisasi.


‎Dengan 13 mesin pompa yang ada, petani di desa itu dapat mengairi sawah sehingga dalam setahun bisa 2 kali panen.


‎"Karena pompa ini milik Desa Pagedangan Udik, ya kami hanya memenuhi kebutuhan petani desa kami saja, tidak bisa memenuhi kebutuhan air desa lain," tegas Astri.


Wanita yang menjabat Bendahara APDESI Kabupaten Tangerang ini membantah keras jika disebut petani di desanya memonopoli air irigasi. Tuduhan ini, kata Astri, tidak mendasar. Sebab, selama ini irigasi sekunder di desanya tak pernah ada pasokan air.


‎"Irigasinya saja kering, coba dilihat. Lalu dasarnya darimana menuduh kami memonopoli air tanpa berbagi ke petani desa lain?" ujarnya.


‎Kades Astri lantas mengajak Kasi Pelayanan Kecamatan Kronjo Ruslan PS dan rombongan untuk menenelusuri irigasi itu. Dan ternyata, diakui Ruslan bahwa irigasi tersebut kering.


‎Selanjutnya, Ruslan juga diajak untuk rumah Pompanisasi di Kampung Bojong dan ketika mesin pompa dihidupkan, barulah irigasi itu teraliri air.


‎"Jadi, kalau irigasi ini dari kering jadi banyak air bukan karena dapat kiriman air dari sungai Cisadane, melainkan kami menyedot air dari Sungai Cimanceuri untuk dialirkan ke saluran irigasi, lalu dibagikan ke petani di desa kami," ungkap Astri.


Sementara, perwakilan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane, Gymas mengakui bahwa debit air Sungai Cisadane memang minim sehingga tidak sampai pada saluran irigasi yang melintasi Desa Pagedangan Udik.


‎"Jujur kami akui, debit airnya memang kecil dan tidak sampai ke sini," kata Gymas yang ikut terjun langsung mengecek rumah Pompanisasi milik Desa Pagedangan Udik.


‎Pihaknya akan menyampaikan keluhan para petani ini ke unsur pimpinan BBWS agar segera ditindaklanjuti. "Yang diinginkan tadi adalah adanya normalisasi sungai agar aliran air lancar dan bisa mengairi sawah petani, baik di Desa Pagedangan Udik, maupun Desa Pagedangan Ilir," katanya.


‎Ananta/TiMS

Posting Komentar