HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Kecamatan Kronjo Tegaskan Tak Ada Monopoli Air Irigasi di Desa Pagedangan Udik


TANGERANG, INFOTERBIT - Pemerintah Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, menegaskan tidak ada aksi monopoli air irigasi di Desa Pagedangan Udik. Dari penelusuran yang dilakukan di lapangan dan informasi dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWS C2), pasokan air irigasi memang minim, bahkan cenderung tidak ada.


‎Sebelumnya, ratusan petani bersama Kades Pagedangan Udik Astri Apriyanti, S.Pd., S.IP membantah keras pihaknya disebut telah memonopoli air irigasi sehingga berdampak kesulitan pengairan bagi petani di desa lain.


‎Menurut Kades Astri, selama ini pihaknya mengandalkan sistem pompanisasi untuk memenuhi air sawah petani. Sebab, saluran irigasi tidak berfungsi.


‎Agar polemik air irigasi di dua desa (Pagedangan Udik dan Pagedangan Ilir) tidak meluas, Camat Kronjo M. Mumu Mukhlis memerintahkan Kasi Pelayan Ruslan untuk turun ke lokasi.


‎Ruslan didampingi penyuluh pertanian Suherman datang ke Desa Pagedangan Udik, mengecek irigasi dan bertemu puluhan petani di sana. Dia mengakui bahwa saluran air irigasi minim air dan tidak bisa mengairi sawah-sawah petani.


‎Lalu dia juga mengecek rumah pompanisasi, terobosan dari Pemdes Pagedangan Udik untuk mengairi sawah petani. Di sana, Ruslan bertemu petugas BBWS C2 Gymas dan jajarannya, menanyakan langsung soal pasokan irigasi yang minim.


‎"Apakah benar air irigasi ini minim dan selama ini tidak bisa dimanfaatkan oleh petani?" tanya Ruslan, Senin 24 November 2025.


Gymas, perwakilan BBWS C2 menyampaikan, saat ini sedang ada perbaikan dan pelebaran di hulu sungai. Namun dibagian lain, Gymas juga mengakui bahwa meski tidak dalam perbaikan, pasokan air ke irigasi itu terhambat atau minim.


‎"Jujur kami akui, agak terhambat pasokan air yang mengarah ke saluran irigasi sekunder di Pagedangan Udik maupun Pagedangan Ilir," ujarnya.


‎Mendengar jawaban dari pihak BBWS C2 itu, Kasi Pelayanan Kecamatan Kronjo Ruslan menilai, polemik yang muncul hingga tuduhan adanya monopoli air irigasi yang dilakukan Pemdes Pagedangan Udik, karena kurangnya komunikasi.


‎"Munculnya polemik ini karena kurangnya komunikasi. Coba hal ini disampaikan ke Pemdes Pagedangan Udik maupun Pemdes Pagedangan Ilir bahwa pasokan air irigasi minim, sehingga Pemdes Pagedangan Udik tidak dituduh memonopoli air irigasi," ujar Ruslan kepada petugas BBWS C2.


‎Selanjutnya Ruslan mengakui, jika saat ini petani Desa Pagedangan Udik tidak kekurangan air karena mereka menggunakan sistem pompanisasi, tidak mengandalkan air irigasi yang minim pasokan.


‎Usai dari Desa Pagedangan Udik, Ruslan bersama pihak BBWS C2 juga menggelar pertemuan dengan Pemdes Pagedangan Ilir untuk menjelaskan hal tersebut.


‎Perwakilan BBWS C2, Gymas mengatakan, pihaknya akan mengusulkan ke pimpinan agar bisa dilakukan normalisasi sungai sehingga air bisa masuk ke aliran irigasi dengan lancar.


‎"Jika airnya lancar, maka bisa mengairi sawah di dua desa, yakni Desa Pagedangan Udik maupun Pagedangan Ilir," katanya.


‎Sebelumnya diberitakan, Kades Pagedangan Udik Astri Apriyanti membantah keras pihaknya disebut telah memonopoli air irigasi hanya untuk kepentingan warganya sendiri tanpa berbagi dengan warga desa lain.


‎Faktanya, irigasi itu memang kerap tak berfungsi, airnya minim, bahkan cenderung tidak ada. "Bagaimana mungkin kami memonopoli air irigasi, bisa dilihat sendiri, airnya saja minim," tegas Astri.


‎Jika kemudian warganya tetap bisa bertani dan mendapat pasokan air, hal itu karena inisiatif dari pihak Pemdes Pagedangan Udik untuk melakukan sistem pompanisasi.


‎Yakni, menggunakan 13 mesin pompa, lalu menyedot air dari Sungai Cimanceuri dan Cipasilian untuk dialirkan ke sawah-sawah petani di desanya.


‎"Jadi, kami itu menyedot air sendiri, pakai mesin pompa sendiri, bukan berati monopoli air irigasi," ujar Kades Astri. Dengan pola itu, pihaknya bisa mengairi 200 hektare sawah di desanya, sehingga dalam setahun bisa dua kali panen.


‎Sementara, Kades Pagedangan Ilir, Arief Chaer Muzakir menyebutkan bahwa ada 150 hektare lahan pertanian di desanya tidak produktif akibat pemiliknya kesulitan air untuk menanam padi.


‎"Saya minta, kalau musim hujan tiba, petugas irigssi BBWS C2 membuka pintu air sehingga petani di desa kami dapat jatah air, ya minimal setahun sekali warga kami bisa menggarap lahan," kata Arief.


‎Ananta/TiMS

Posting Komentar