HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Inovasi Pertanian Desa Pagedangan Udik, Irigasi Tak Fungsi Petani Tetap Bisa Garap Sawah Lewat Pompanisasi


TANGERANG, INFOTERBIT - Tidak berfungsinya saluran irigasi sekunder di Desa Pagedangan Udik, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, tidak membuat Kades Astri Apriyanti, S.Pd., S.IP., mengeluh.


‎Justru kesulitan ini membuatnya harus berfikir keras untuk mencari terobosan solusi dan menciptakan inovasi agar 210 petani di desanya tetap bisa menggarap lahan pertanian.


‎Kepada Infoterbit.com, satu-satunya kades wanita di Kecamatan Kronjo ini bercerita, selama bertahun-tahun, saluran irigasi yang dipasok dari Sungai Cisadane itu tidak bisa diharapkan.


‎Alirannya tersendat, bahkan lebih sering kering tanpa air. Kondisi ini selalu dikeluhkan ratusan petani di desanya. Lahan pertanian seluas 200 haktare ini jadi tidak produktif, karena hanya mengandalkan pengairan tadah hujan.


‎Dari kesulitan yang dialami warga itulah muncul ide; Pompanisasi. Kades Astri menyiapkan mesin pompa penyedot air, lalu mengambil pasokan air dari Sungai Cimanceuri yang melintasi wilayahnya.


Saat ini, ada 13 pompa air yang dimiliki untuk mengairi 200 haktere sawah warganya yang tersebar di berbagai kampung. Masalah pun teratasi, karena petani kembali jadi produktif.


‎"Yang tadinya nyawah setahun sekali, sekarang dalam setahun bisa dia kali panen," ujar Kades Astri, Senin 24 November 2025.


‎Untuk membuat terobosan ini, memang butuh modal yang tidak sedikit. Beruntung ada warganya yang menggelontorkan modal dan melakukan pengeloaan pompanisasi.


‎"Dalam sehari, untuk solar mesin pompa saja sudah menghabiskan dana sekitar Rp1,3 juta. Ini baru untuk 4 mesin di Kampung Bojong saja, sementara kita punya 13 mesin," katanya.


‎Belum lagi mesin pompa yang menggunakan tenaga listrik. Per minggu biaya listriknya mencapai Rp500 ribu. "Tapi Alhamdulillah, semua ini bisa mengatasi permasalahan pengairan di desa kami," ungkap Kades Astri.


‎Petani yang menggunakan air dengan pompanisasi ini pun tidak keberatan. Sebab mereka tidak perlu mengeluarkan uang untuk iuran, karena pihak pengelola menggunakan pola bagi hasil panen yang dikenal dengan sistem gawangan.


‎"Jadi petani juga tidak dirugikan, cukup menyisihkan hasil panen untuk operasional pengelola seperti perawatan mesin dan pembeliab solar," kata Astri Apriyanti.


Meski lewat pompanisasi, masalah air petani di desanya sudah teratasi, namun Kades Astri tetap berharap agar pihak

‎Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane memprioritaskan pengairan petani di desanya.


‎"Kita berharap kepada BBWS C2 agar aliran air irigasi di desa kami lancar kembali. Jika lancar kan kami tidak perlu lagi pakai pompa mengingat biaya operasional pompa cukup besar," ungkapnya.


‎Senentara, Gymas dari BBWS C2 mengakui bahwa debit air Sungai Cisadane memang minim sehingga tidak sampai pada saluran irigasi yang melintasi Desa Pagedangan Udik.


‎"Jujur kami akui, debit airnya memang kecil dan tidak sampai ke sini," kata Gymas yang ikut terjun langsung mengecek rumah Pompanisasi milik Desa Pagedangan Udik.


‎Pihaknya akan menyampaikan keluhan para petani ini ke unsur pimpinan BBWS agar segera ditindaklanjuti. "Yang diinginkan tadi adalah adanya normalisasi sungai agar aliran air lancar dan bisa mengairi sawah petani, baik di Desa Pagedangan Udik, maupun Desa Pagedangan Ilir," katanya.


‎Ananta/TiMS


Posting Komentar