Sekeping Cerita di Balik Banjir Bandang Lebak
Jumat, Januari 10, 2020
Catatan Ananta
(Pemimpin Redaksi InfoTerbit.com)
Foto kiriman dari sahabat media yang tergabung dalam grup Pers Mitra Polda Banten membuat saya terenyuh.
Dalam foto itu, tampak personel Brimob Polda Banten sedang menggendong seorang nenek. Kondisinya sedang sakit. Tak kuat berjalan.
Nenek ini adalah satu dari dua ribuan korban banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Lebak Banten, tepat di awal tahun, 1 Januari 2020.
Banjir memang telah meluluk-lantakan Kabupaten Lebak. Ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Amblas terbawa air. Ada 28 jembatan yang putus dan rusak. Sejumlah orang hanyut. Pun ada yang tertimbun tanah longsor. Beberapa diantaranya hingga catatan ini ditulis belum ditemukan.
Posko-posko penampungan penuh sesak dengan warga. Di tengah kondisi alam yang kurang bersahabat, jalan yang tertutup lumpur dan longsoran tanah, sungai yang deras, TNI/Polri, juga berbagai elemen, mendatangi warga.
Mengevakuasi mereka. Membawa ke tempat yang lebih aman.
Saya juga sempat melihat video aksi heroic para angota Polri dan TNI. Menyelamatkan seorang ibu yang sedang hamil. Menyeberangi sungai Ciberang yang airnya deras. Dievakuasi dan diselamatkan.
Berbagai pihak menembus daerah-daerah yang terisolir. Membagikan bahan makanan. Membagikan selimut. Juga memeriksa kondisi kesehatan mereka.
Ada banyak warga yang terjebak banjir. Bertahan di daerahnya yang terisolir. Yang warganya tak bisa kemana-mana. Karena jembatan penghubung putus. Sehingga mereka hanya bisa bertahan di sisa-sisa rumahnya yang sudah porak-poranda oleh banjir bandang.
Banjir bandang Lebak di awal 2020 ini memang yang terbesar. Luapan Sungai Ciberang kemana-mana. Musibah yang tak diduga datangnya.
Kenapa begitu besar banjir terjadi?
Saat berkunjung ke Lebak pada Selasa (7/1/2020), Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, banjir ini disebabkan aktivitas tambang emas ilegal. Lokasinya di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Munculnya tambang membuat hutan gundul. Saat hujan deras mengguyur, tak ada lagi serapan. Air mengalir begitu saja. Menembus kawasan di bawahnya. Hingga banjir bandang tak bisa lagi terelakkan.
Karena itu, Presiden Jokowi memerintahkan pemerintah setempat agar keberadaan tambang emas itu ditutup.
Andai saja sejak dulu tambang ilegal ini telah ditutup, mungkin hari ini kita tidak akan melihat ribuan warga terpaksa harus berdesak-desakan tinggal di posko pengungsian.
Tidak akan pernah kita lihat, personel polisi menggedong seorang nenek yang menjadi korban banjir, seperti dalam foto ini.
Penyesalan memang selalu datang belakangan.
Ananta
(Catatan Kamis, 9 Januari 2020)