Terungkap! Ternyata Banyak Modal BUMDes Patrasana yang Menguap untuk Biaya Operasional Pengelolanya
Rabu, Januari 08, 2020
TANGERANG, InfoTerbit - Kasus bangkrutnya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Patrasana Kecamatan Kresek Tangerang kian meruncing. Ada pengakuan dari Direktur BUMDes Subari bahwa banyak anggaran yang dia pakai untuk kegiatan operasional.
"Kita ini nggak ada operasional khusus. Sementara banyak tamu-tamu yang datang. Makanya kita ambil dari dana BUMDes untuk biaya makan, ngopi dan operasional lain," ujar Subari saat ditemui di kediamannya, Selasa (7/1/2020).
Tapi Sobari tidak merincikan operasional apa saja yang dikeluarkan untuk kebutuhan tersebut. "Ya, operasional yang tidak dianggarkan dalam BUMDes," akunya. Kondisi ini, ujar Bayi--sapaan akrabnya, yang menjadi salah satu penyebab ludesnya modal BUMDes.
Meski demikian, pihak Desa Patrasama akan tetap melakukan penelusuran menguap kemana anggaran Rp400 juta untuk modal BUMDes itu. Sebab, kata Kades Patrasana Mohamad Sobri, sudah banyak warga yang mengembalikan uang simpan pinjam sebagai bagian dari usaha BUMDes.
"Tapi, pengelola BUMDes bilang, banyak uang yang masih belum tertagih di warga. Untuk itu kami akan melakukak penelusuran melibatkan auditor agar semuanya jelas dan transparan," tegasnya.
Sebelumnya, saat dipanggil ke Balai Desa Patrasana, dua pejabat BUMDes yakni Direkturnya Subari alias Bayi dan Sekretaris Wahyudin tidak bisa menunjukkan laporan keuangan dan pengelolaan BUMDes seperti yang diminta oleh Kades Sobri. "Mereka masih minta waktu untuk merapihkan berkas-berkas laporan keuangan," kata Sobri.
Dia juga merasa heran, kenapa laporan keuangan 2017 dan 2018 juga tidak bisa ditunjukkan. "Taruhlah yang laporan keuangan 2019 masih direkap, harusnya 2017 dan 2018 sudah ada," tambahnya.
Sebelumnya, informasi yang diterima InfoTerbit.com dari Sekretaris BUMDes Wahyudin, tahun 2017, pihak desa menganggarkan dari Dana Desa sebesar Rp300 juta.
Dengan uang itu, pengelola membuat usaha simpan pinjam untuk warga yang berdagang. "Ada warung sembako, tukang gorengan dan usaha kecil lainnya," jelasnya.
Ada sebanyak 200 pedagang kecil yang dikucuri bantuan modal, masing-masing Rp1 juta. Sehingga total untuk usaha ini Rp200juta. Sedangkan sisanya Rp100 juta untuk pembelian sarana dan prasarana kantor. Tapi dia mengaku usaha ini jeblok dengan alasan macet dalam pengembaliannya.
Di tahun 2018, BUMDes juga kembali mendapat kucuran modal dari Dana Desa sebesar Rp100 juta. Dana ini untuk penanaman timun dan usaha jasa pembayaran online. Tapi lagi-lagi, usaha penanaman timun juga jeblok tak kembali modal.
Penulis/Editor: Ananta